Notification

×

Iklan

Iklan

Warga Bumi Jaya Sukses dengan Limbah Plastik

Kamis | 5/02/2019 WIB Last Updated 2019-05-02T09:31:43Z
Tanah Laut - Bagi umumnya orang bungkus bekas kopi kemasan (sachet) hanya jadi sampah. Tapi, di tangan Parningsih limbah plastik itu bisa menjadi rupiah.

Itulah kreativitas perempuan 52 tahun warga Desa Bumijaya, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanahlaut, ini. Bersama beberapa perempuan lain di kampungnya, Parningsih mendaur ulang bungkus bekas kopi instan menjadi barang berharga.

Bentuk produknya beragam. Di antaranya tas jinjing, tikar, taplak meja, dan sajadah. Seluruhnya cuma berbahan bungkus bekas kopi instan, tak ada bahan tambahan lainnya.

Perajut antarbungkus kopi cuma  sekadar mengandalkan teknik merangkai yang sederhana. Namun kekuatannya lumayan. "Ya kalau sekitar tiga kilogram barang yang dibawa, masih kuat lah," ucap Parningsih,
Desain tas karya tangannya cukup ciamik. Tampilanya tak kalah dengan tas jinjing elegan yang kerap dibawa kalangan ibu-ibu pergi ke acara arisan, shopping atau lainnya.
Lumayan banyak bungkus bekas kopi instan yang dibutuhkan untuk membikin satu unit tas tersebut yakni 150-200 bungkus. Sedangkan untuk membikin tikar ukuran 1x0,5 meter perlu 680 bungkus. Begitu halnya untuk bikin sajadah juga perlu ratusan bungkus.

Tak sembarangan bungkus kopi yang bisa dirajut menjadi barang-barang bernilai rupiah tersebut. "Motongnya gak boleh miring apalagi di tengah. Memotongnya di bagian atas kemasan kopi, sejajar atau lurus. Kalau miring gak bisa dipakai," tutur Parningsih.

Itu sebabnya kemasan atau bungkus kopi instan dihimpun Purningsih dari kalangan anggotanya di Bank Sampah Bersih Indah, Desa Bumijaya. Selain itu juga dari warung-warung yang ada di kampungnya.

Kalangan pemilik warung yang menjadi langganan Parningsih telah diedukasi tentang tata cara memotong kemasan kopi instan. Ia menyediakan tempat khusus yang dititipkan di warung sebagai wadah kemasan bekas kopi tersebut.

Sepekan sekali Parningsih dan anggotanya menyambangi warung warung langganannya untuk mengambil bungkus bekas kopi. Seluruhnya ia dapatkan secara cuma-cuma karena memang limbah plastik tersebut tak ada nilainya atau tak laku dijual.

Karya tangan berbahan bungkus brkas kopi instan produksi Bank Sampah Bersih Indah tersebut kerap dipamerkan pada sejumlah ajang/acara pemerintahan. Apalagi keberadaan mereka juga dalam binaan pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH).

Terkini, Bank Sampah Bersih Indah yang dinakhodai Pirningsih mengikuti lomba
Daur Ulang Sampah yang digelar DLH Kalimantan Selatan di mall di Kota Banjarbaru, Kamis (25/4). Pada ajang itu, Parningsih bersama dua anggotanya (Ika dan Beti) kembali memamerkan beragam produk berbahan bungkus bekas kopi instan.

Selain itu, Parningsih juga membawa tas berbahan lingkaran 'cincin' botol bekas minuman mineral/manis kemasan gelas. Tampilan tasnya juga elegan dan leboh kuat karena diperkuat perajut tali nilon.

Tiap kali mengikuti ajang pameran, daur ulang limbah menjadi barang-barang bermanfaat karya Bank Sampah Bersih Indah selalu menjadi perhatian pengunjung. Sebagian bahkan langsung membeli, apalagi harganya terjangkau yakni sekitar Rp 20-50 ribu.

Namun bukan target ekonomi yang ingin digapai Parningsih dan kawan-kawan di Bank Sampah Bersih Indah. "Apa yang kami lakukan lebih pada gerakan moral untuk mengajak masyarakat mencintai lingkungan dengan cara tak membuang sampah sembarangan, terutama plastik," tandas Parningsih.

Ia mengaku sangat sedih ketika melihat orang sembarangan sampah sembarangan di jalanan maupun di tempat umum lainnya. Itu sebabnya sejak 2016 silam pihaknya mulai fokus membantu pemerintah memgurangi sampah plastik melalui pendauran ulang menjadi barang bermanfaat.

Apalagi di tengah kebijakan pemerintah yang kini makin intens melarang penggunaan tas plastik di pusat-pusat perbelanjaan modern, daur ulang bungkus bekas kopi instan maupun bekas botol minuman menjadi solusi smart. Setidaknya tas ciamik itu bisa menjadi pengganti tas plastik untuk membawa barang belanjaan.

Parningsih dan kawan-kawan juga tak pernah malu atau risih untuk memunguti barang bekas tersebut di lokasi acara-acara hajatan dan lainnya. "Tiap kali menghadiri acara pemerintahan pun saya juga selalu membawa karung untuk menampung botol bekas air mineral maupun bungkus bekas kopi," sebutnya.

Upaya lain yang dilakukan untuk mengajak masyarakat mencintai lingkungan, Parningsih dan anggotanya kerap mengenakan barang daur ulang limbah. Misalnya saat ke pasar membawa tas berbahan bungkus bekas kopi atau bekas botol mineral.

"Saat ke langgar atau masjid, kami juga sering membawa sajadah berbahan bungkus kopi bekas. Alhamdulillah umumnya orang yang melihat selalu tertarik dan langsung tanya-tanya. Lalu, kami jelaskan bahwa itu produk daur ulang limbah," bebernya.

Bahkan adakalanya ada yang langsung memesan. Namun kadang pesanan tersebut tak bisa langsung ditangani karena keterbatasan ketersediaan bahan baku limbah tersebut.

Sebenarnya, sebut Parningsih, sangat banyak limbah bungkus bekas kopi. Hanya saja umumnya tak bisa dipakai untuk dibikin tas dan lainnya karena cara memotongnya sembarangan. Karena itu pihaknya juga terus berupaya untuk meluaskan kerjasama dengan para pemilik warung untuk menghimpun lebih banyak lagi bahan baku lumbah tersebut.

Adi Rahmani, pejabat eselon IV DLH Tala yang membidangi penanganan limbah mengatakan pembinaan bank sampah terua digalakkan. Bank Sampah Bersih Indah termasuk yang cukup aktif dan kreatif mendaur ulang limbah. (Her)
×
NewsKPK.com Update