Tanah - Laut Penyakit demamberdarah dengue (DBD) sedang mewabah di Kecamatan Batu Ampar
Di Januari sampai 6 orang sedangkan di Februari 2020 sampai dengan tanggal 10 Pebruari ini sudah terdapat 27 pasien menderita penyakit DBD. Penderita merupakan anak anak berusia 5 hingga dewasa
Terjadi peningkatan dratis dibandingkan jumlah kasus di bulan kemarin. Di sepanjang Januari hanya terdapat 6 kasus.
“Terjadi peningkatan.sampai ruang puskestu Tajau Pecah tidak cukup sehingga para pasien di rawat di tenda milik BPBD dan milik Polres TaLa, Tapi tidak ada yang meninggal dunia,” kata Kepala Puskesmas Batu Ampar Tantawi Jauhari Skep.ns.
Kasus DBD di awal tahun ini ditemukan di berbagai wilayah di semua desa Di antara 14 desa yang ada, di kecamatan Batu Ampar
menurut nya penyakit akibat gigitan nyamuk aedes aegypti tersebut lebih berbahaya daripada virus Corona. Terhitung orang yang positif penyakit DBD wajib menjalani masa inkubasi selama 14 hari tidak boleh keluar rumah.
Dan ketika tidak ditangani dengan serius maka akan mengakibatkan kematian bagi orang yang menderita. “Sangat berbahaya DBD karena mematikan,” tuturnya
Pihaknya juga mengajak kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit DBD serta melakukan upaya pencegahan dan pengendalian.
Dalam upaya melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit DBD ini, lanjut dia, juga terus menggalakkan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) plus dan fogging.
Gerakan PSN harus dilaksanakan serentak. Tapi fogging ini hanya membunuh nyamuk-nyamuk dewasa, sedangkan calon-calon nyamuk yang berbentuk jentik sama telur itu masih banyak bersembunyi di bak-bak air atau di tempat-tempat perindukan.
“Itu bisa ratusan (jumlahnya), begitu kena air, berkembang biak jadi nyamuk banyak. Paling efektif ya dengan PSN plus itu,” tuturnya.
Cara mencegah penyakit DBD antara lain dengan menghentikan perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti dengan 3M plus, menguras bak mandi, mengubur kaleng bekas dan menutup bak penampungan air, serta mengaktifkan kader Jumantik yang ada.jelas Jauhari(Heryand)
Di Januari sampai 6 orang sedangkan di Februari 2020 sampai dengan tanggal 10 Pebruari ini sudah terdapat 27 pasien menderita penyakit DBD. Penderita merupakan anak anak berusia 5 hingga dewasa
Terjadi peningkatan dratis dibandingkan jumlah kasus di bulan kemarin. Di sepanjang Januari hanya terdapat 6 kasus.
“Terjadi peningkatan.sampai ruang puskestu Tajau Pecah tidak cukup sehingga para pasien di rawat di tenda milik BPBD dan milik Polres TaLa, Tapi tidak ada yang meninggal dunia,” kata Kepala Puskesmas Batu Ampar Tantawi Jauhari Skep.ns.
Kasus DBD di awal tahun ini ditemukan di berbagai wilayah di semua desa Di antara 14 desa yang ada, di kecamatan Batu Ampar
menurut nya penyakit akibat gigitan nyamuk aedes aegypti tersebut lebih berbahaya daripada virus Corona. Terhitung orang yang positif penyakit DBD wajib menjalani masa inkubasi selama 14 hari tidak boleh keluar rumah.
Dan ketika tidak ditangani dengan serius maka akan mengakibatkan kematian bagi orang yang menderita. “Sangat berbahaya DBD karena mematikan,” tuturnya
Pihaknya juga mengajak kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit DBD serta melakukan upaya pencegahan dan pengendalian.
Dalam upaya melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit DBD ini, lanjut dia, juga terus menggalakkan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) plus dan fogging.
Gerakan PSN harus dilaksanakan serentak. Tapi fogging ini hanya membunuh nyamuk-nyamuk dewasa, sedangkan calon-calon nyamuk yang berbentuk jentik sama telur itu masih banyak bersembunyi di bak-bak air atau di tempat-tempat perindukan.
“Itu bisa ratusan (jumlahnya), begitu kena air, berkembang biak jadi nyamuk banyak. Paling efektif ya dengan PSN plus itu,” tuturnya.
Cara mencegah penyakit DBD antara lain dengan menghentikan perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti dengan 3M plus, menguras bak mandi, mengubur kaleng bekas dan menutup bak penampungan air, serta mengaktifkan kader Jumantik yang ada.jelas Jauhari(Heryand)