Notification

×

Iklan

Iklan

Diminta Pertanggungjawaban Soal Banjir Hal Wajar, Seruan Usir PTPN IV Tidak Masuk Akal Dan Bukan Solusi

Sabtu | 11/09/2019 WIB Last Updated 2019-11-09T12:48:58Z
Simalungun-Sumut. Beredarnya pemberitaan di beberapa media cetak dan media online yang menyatakan penyebab banjir disebabkan pengaruh Kebun Kelapa Sawit. PTPN 4 dituding dan dianggap hanya sumber persoalan bagi masyarakat dan tidak bisa membuat solusi, lebih baik angkat kaki dari Kabupaten Simalungun.

Menanggapi hal ini, LSM TOPAN-RI Sumatera Utara merupakan lembaga yang intens melakukan tugas control sosial sebagaimana salah satu fungsinya terhadap perusahaan milik pemerintah di bawah naungan Kementerian BUMN termasuk PTPN 4 sebagai salah satu yang memberi kontribusi dan sumber pendapatan Negara Republik Indonesia.

Menurut Simon Nainggolan, Komandan Divisi Intelijen dan Investigasi TOPAN - RI Sumatera Utara mengatakan, kalau seruan angkat kaki PTPN 4 bukan merupakan solusi dan jauh dari harapan. Jika seruan itu terkait banjir di wilayah areal Kebun Marihat, penyebabnya harus diteliti lebih mendalam dan mencari solusi terbaik untuk seluruh masyarakat.

"Kalaulah ada suatu bidang keilmuan resmi mengeluarkan sertifikat, bahwa dengan angkat kakinya PTPN 4 maka banjir tidak terjadi. Boleh jadi seruan tersebut dipertimbangkan," kata Simon Nainggolan kepada awak media ini saat ditemui di salah satu warkop sekitaran Perdagangan, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun, Sabtu 8/11/2019 pagi.

Kita ketahui bersama, bahwa faktanya keberadaan Kebun Marihat sudah sejak dulu, hingga kini berumur puluhan bahkan ratusan tahun lamanya. Atas Temuan BPK, ternyata sudah ada realisasi proyek terkait penanganan banjir di wilayah Kebun Marihat dengan membangun tembok pengalihan air berbiaya senilai hampir Rp. 3 Milyar.

"Persoalan banjir, kenapa saat ini pula PTPN 4 diributkan sebagai penyebabnya? Padahal di lokasi banjir itu ada proyek penanggulangan bencana. Dibuktikan hasil temuan LHP BPK terhadap keuangan Pemerintah Kabupaten Simalungun tahun anggaran 2017 yang lalu," lanjut Simon Nainggolan memperlihatkan photocopy LHP BPK RI, Provinsi Sumatera Utara.

Saat ini, anggaran proyek penanggulangan bencana membangun tembok dan saluran pengalihan air tidak sampai 5 tahun sudah hancur. Dampak tingginya debit air yang mengalir mengakibatkan kerusakan parah ruas jalan Pematang Siantar jurusan ke Tanah Jawa bahkan putus total akibat longsor.

"Masih seumur jagung sudah hancur, sia sia dibangun tembok dan saluran air. Uang rakyat digunakan untuk pembangunan, akibat gagal fungsi masyarakat sangat dirugikan," tegasnya.

Selanjutnya Simon mengatakan, "realisasi pembangunan tembok dan saluran pengalihan air sudah merupakan solusi baik dan benar. Akan tetapi dalam pelaksanaan diduga sarat penyimpangan, maka diharapkan pihak eksekutiflah yang berperan demi kepentingan masyarakat. Berserulah, berdaya guna
dan berjuanglah demi kepentingan masyarakat. Bila pemerintah menggunakan anggaran yang notabene uang rakyat, kenapa hal ini dibiarkan atau sengaja pembicaraan?. Sebaiknya tidak mencari kambing hitam, apalagi maling teriak maling. Sebab kambing hitam bukan berarti maling demikian juga maling belum tentu kambing," tutup Simon Nainggolan tersenyum simpul.

Hendra Sukmana Sinaga saat dimintai komentar menyebutkan, pihak PTPN 4 harus bertanggungjawab atas galian lubang yang dilakukan oleh pihak perkebunan dalam rangka pengamanan aset perusahaan tanpa memperhitungkan dan mempertimbangkan resiko yang akibat galian di areal perkebunan terlebih disaat musim penghujat seperti saat ini.

"Atas dasar inilah pihak PTPN 4 diminta bertanggungjawab, membuat galian parit di areal kebun dengan dalih selamatkan aset, akhirnya musibah ini merugikan masyarakat," terang Politisi Partai PPP Kabupaten Simalungun melalui pesan Whatsapp kepada awak media ini.

Ditambahkan, menghimbau agar pihak PTPN 4 segera bertindak melakukan perbaikan atas kerusakan ruas jalan dan terkait seruan, "PTPN 4 Angkat Kaki Dari Simalungun" menurutnya hal itu bukanlah sebuah solusi yang baik.

"Kalau seruan PTPN 4 angkat kaki dari Simalungun ini juga bukanlah jalan keluarnya. Terkecuali telah merugikan masyarakat, dan pihak PTPN 4 sama sekali tidak bertanggungjawab melakukan perbaikan," sebut Hendra Sukmana Sinaga mengakhiri. (RU/Tim)
×
NewsKPK.com Update