ROTE NDAO - Pelaksanaan Pembangunan gedung gedung Sekolah dasar(SD) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Bidang Cipta Karya melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah NTT, Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman Wilayah NTT.
Program Paket proyek Pekerjaan Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana Sekolah di Kabupaten Rote Ndao TA (Tahun Anggaran)2021 yang dilaksanakan oleh PT Dua Sekawan selaku Kontraktor Pelaksana dengan Anggaran senilai
Rp.38.159.138.000 bagi pembangunan delapan belas gedung Sekolah Dasar(18) hampir seluruhnya mengunakan material tidak sesuai yang tertuang pada kontrak Nomor Kontrak HK.02.03/SPK/PPK.PS/495
Dari delapan belas Paket Pekerjaan Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana Sekolah di Kabupaten Rote Ndao Tahun 2021 yang dikerjakan kuat dugaan material sangat tidak sesuai,diantaranya yang terbagi di beberapa Kecamatan ,diantaranya SD Inpres Holotula,SD Inpres Temas,SD Inpres Feama,SD Inpres Toulu,SD Inpres Aduoen, SD Inpres Feama ,SD Inpres Lela, pasalnya dari enam sekolah dasar yang berhasil diinvestigasi hampir seluruhnya mengunakan urukan dari bekas bahan bangunan yang lama,bahkan Material berupa pasir adalah bukan murni pasir takari atau pasir non Lokal melainkan Pasir hasil Oplosan ironisnya satu sekolah dasar(SD)Inpres Lela berdiri di atas Fondasi bekas gedung yang lama.
PT Dua Sekawan selaku Kontraktor Pelaksana Dalam pelaksanaannya tidak mengikuti mekanisme yang ditetapkan sesuai kontrak material yang dipergunakan terkesan sesuka hati
Maxi Salah seorang warga yang ditemui di areal Proyek Pekerjaan SD Inpres Holotula,kepada wartawan kamis(15/7/2021) sore mengatakan dirinya selaku warga sangat heran,Material berupa pasir yang digunakan untuk Proyek Pekerjaan ini selalu di antar malam hari,dan habis di gunakan dalam satu hari pihak kontraktor tidak membiarkan bekas pasir tersisa,ada pasir laut yang terpampang di halaman sekolah namun itu tidak di pergunakan wartawan silahkan melihat material pasir yang sementara di gunakan
Apakah itu murni pasir Non Lokal atau pasir takari ataukah pasir hasil oplosan yang sangat mirip dengan pasir hala,namun secara kasat mata meskipun kita melihat tanpa menguji akan ketahuan secara jelas
Apakah pasir tersebut adalah pasir non lokal atau bukan.
Namun jika di uji pada lab maka jelas akan ketahuan,bahkan urukan saja juga sebagian besar dari bekas bangunan lama "kalau pak wartawan dan ibu dong mau datang.malah hari saja karena mereka biasa turunkan di malam hari"ujar Maxi.
Sementara itu untuk SD Inpres Lela sendiri terkesan agak aneh ironisnya Fondasi berdiri diatas fondasi lama dan tanpa galian
Rudi salah satu pekerja kepada wartawan mengatakan seluruh material mulai dari pasir,sampai semen di pasok oleh CV Tujuh Jaya dan ini bukan pasir takari,ini pasir lokal seperti kebanyakan pasir yang ada di kola semen juga adalah semen Conch yang mau dikatakan kualitasnya sangat rendah.
"Pemerintah pusat sudah mengangarkan dana puluhan miliar namun material seperti ini mana mungkin kualitas dan mutunya akan bagus ? Bisa bisa roboh jika ada badai seroja lagi" ungkap dia
Hingga Berita ini diturunkan Pihak PT Dua Sekawan Selaku Kontraktor Pelaksana belum berhasil di temui menurut para Pekerja Buruh bangunan ,pihak Pengawas maupun Direktur pemilik perusahaan sedang berada di temas (AL)